Minggu, 27 Oktober 2013

pengertian motivasi


  A. Pengertian Motivasi[1]
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi didalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan yang rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut. Akan tetapi, terlepas dari apa yang menjadi sumbernya, perlu dicatat agak mengherankan bahwa sedikit sekali penelitian diadakan mengenai penguatan motivasi belajar, padahal memperkuat motivasi pelajar jelas termasuk tugas pengajar. Selama 50 tahun belakangan ini banyak penelitian diadakan oleh ahli pendidikan dan ilmu jiwa mengenai aspek pengenalan dalam pengajaran, tetapi hampir tidak ada penelitian tentang penguatan motivasi. Kalaupun ada penelitian tentang penguatan motivasi, itu biasanya diadakan terhadap anak kecil, dan tidak banyak relevansinya dengan tugas guru yang selalu diharapkan kepada pengambilan keputusan mengenai pengorganisasian suatu tugas kegiatan belajar.  
  B. Ciri – ciri Motivasi
Adalah keliru apabila motivasi dianggap sebagai prasyarat mutlak untuk kegiatan belajar. Lebih baik motivasi itu dianggap sebagai kemauan biasanya untuk memasuki suatu situasi belajar. Tidak perlu kita menunda suatu kegiatan belajar sampai ada motivasi yang tepat untuk belajar.
Sering terjadi strategi yang paling baik adalah tanpa menghiraukan ada atau tidak adanya motivasi, akan tetapi memusatkan pada penyampaian materi dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi siswa dapat dikembangkan dan diperkuat selama proses belajar.
  C. Hirarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow
Kalau seseorang sudah mempunyai motivasi, maka ia ada dalam ketegangan dan ia siap untuk mengerjakan hal – hal yang diperlukan sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya motivasi menyangkut pemenuhan seperangkat kebutuhan, yang oleh Maslow diklasifikasikan menurut kekuatan gaya pendorong atas lima kelompok, yaitu :
a.  Kebutuhan fisiologis
b.  Kebutuhan keamanan
c.   Kebutuhan berkerabat
d.  Kebutuhan penghargaan
e.  Kebutuhan berusaha
  D. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Ø Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik ini mengacu kepada faktor – faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakkan teori pendidikan modern mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Ini tidak mengherankan, karena keinginan untuk melacak merupakan faktor intrinsik pada semua orang.
Ø Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik mengacu pada faktor – faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.
Pada umumnya motivasi intrinsik berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan tingkat lebih tinggi dari Maslow yaitu kebutuhan penghargaan dan berusaha. Sedangkan motivasi ekstrinsik berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan tingkat lebih rendah dari Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan kebutuhan berkerabat.
  E. Metode Penguatan Motivasi Siswa
Guru selalu berusaha secara sistematis untuk memperkuat motivasi siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi – sanksi dan hubungan pribadi dengan muridnya. Karena itu, perbedaan antara faktor kesehatan dan motivator akan jelas pada konteks kegiatan dalam kelas. Mari kita lihat bagan perbedaan peranan antara kedua jenis faktor tersebut.

Rasa Puas
Tugas pelajaran diatur demikian sehingga siswa menikmati :
Prestasi, Penghargaan, Tanggungjawab, kemajuan, Perkembangan Pribadi
MOTIVATOR






Rasa Tidak Puas
Lingkungan diatur demikian sehingga siswa merasa tidak puas karena :
Cara pengawasan, kondisi kerja, hubungan pribadi, kebijaksanaan dan administrasi sekolah, status dan keamanan
  Kemajuan minimal







                              Faktor kesehatan

 Bagan teori motivasi kesehatan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar “.

Jelas kiranya, murid senang belajar diruangan kelas, tempat kerja dan laboratorium modern yang direncanakan dengan baik. Sekolah, pusat latihan, akademi dan universitas harus mempunyai organisasi dan administrasi yang baik, dan pengajaran harus di lakasanakan tanpa ketegangan dan selunak mungkin. Hubungan baik antara anggota staf dengan murid, harus diciptakan dan dipelihara dengan baik. Murid harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga terwujud rasa harga diri, status dan tahu diri.
Guru membawa peranan kepemimpinan yang hakiki dalam hubungan produktivitas belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang serentak memenuhi kebutuhan siswa dan kebutuhan tugas. Seorang pelajar jarang sekali menyadari mengapa dia merasa bebas dan dapat mengerahkan kesanggupannya dengan bebas, tetapi ia memberi reaksi secara sadar terhadap “ suasana yang diciptakan oleh gaya mengelola yang merupakan lambang sikap mendukung “. Yang dapat mempromosikan reaksi semacam itu ialah guru – guru mengadopsi strategi “ pengayaan tugas “. Teknik ini serupa dengan apa yang dinamakan “ kontak kemungkinan “. Pengayaan tugas mengandung arti bahwa guru dan instruktur mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk merancang tugas – tugas belajar sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman dan suatu perasaan pencapaian pribadi, penghargaan, tanggung jawab, otonomi, kemajuan dan pertumbuhan. sikap yang apatis dan usaha yang minimal merupakan tanda – tanda yang umum dari tugas – tugas belajar yang memberikan sedikit kepuasan.
Memperbaiki faktor kesehatan seperti pengawasan ketat dan komunikasi yang lebih baik cenderung untuk meningkatkan hasil belajar yang bersifat sementara. Berlainan  dengan itu, pengayaan tugas dapat mengakibatkan kepuasan motivasi dan hasil belajar yang lama.


[1] Ivor K. Davies.1991.Pengelolaan Belajar.Jakarta.Rajawali Pers.Hal : 213.