BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an
menurut bahasa berarti bacaan. Nabi Muhammad SAW pada waktu menerima
pengangkatan sebagai Rasul berumur 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun
Qamariyah, atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun Syamsyah yang ditandai
dengan turunnya 5 ayat berisi perintah untuk membaca dan memahami asal kejadian
manusia. Keluarnya Al-Qur’an pertama kali ketika beliau sedang ber-tahannuts
(bersunyi diri untuk bertafakur) di Gua Hira pada 17 Ramadhan, bertepatan
dengan tanggal 6 Agustus tahun 610 Masehi, yang artinya, “Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu yang maha pemurah, yang mengajari
(manusia) dengan perantara kalam. Beliau mengajari manusia apa yang belum diketahuinya”.
(Surat Al-Alaq:1-5).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
2.
Apa saja hikmah yang terkadung dari turunnya Al-Qur’an secara
berangsur-angsur?
3.
Apa itu wahyu dan Al-Qur’an atas tujuh hurup?
C. Tujuan Penulisan
Dengan demikian, tujuan penulisan dari makalah
ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui proses turunnya Al-Qur’an.
2.
Untuk mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur.
3.
Untuk mengetahui wahyu dan turunnya Al-Qur’an atas tujuh hurup.
BAB II
HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN
A. Proses
Turunnya Al-Qur’an
Kitab
suci Al-Qur’an adalah sekumpulan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan merupakan Mukjizat terbesar bagi Nabi
Muhammad saw. dengan membacanya termasuk ibadah.
Al-Qur’an
diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai 17 Ramadhan tahun
41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran
nabi atau 10 H. Al-Qur’an tersusun dalam 30 juz,
terdiri dari 114 surat dan mempunyai ayat sebanyak kurang lebih 6.236 ayat. (Doddy
Fachrurozie, 2000: 383-384)
Al-Qur’an
diturunkan kepada nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril, tidak secara
sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Terdapat
beberapa cara Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, ada dengan cara Malaikat
Jibril memasukan wahyu ke dalam hati beliau tanpa kelihatan sesuatu, terkadang
terlihat Malaikat menampakan diri seperti seorang laki-laki dan kemudian
menyampaikan kata-kata itu kepada Nabi Muhammad saw. dan terus menghafalnya,
juga terdengar seperti gemerencing lonceng, dan adakalanya Malaikat menampakan
diri dalam rupanya yang asli. Bahkan
sering wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan
kepada Nabi atau untuk membenarkan tindakan nabi Muhammad saw. Disamping itu,
banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan
atau kejadian tertentu.
Al-Qur’an itu diturunkan sedikit
demi sedikit, berangsur-angsur, bukan sekaligus semuanya. Memang sudah
diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang lengkap, bahwa Al-Qur’an itu
diturunkan menurut keperluan: lima ayat, sepuluh ayat, kadang-kadang lebih dan
kadang-kadang diturunkan hanya setengah ayat. Ayat-ayat yang sepuluh ayat
sekali turunnya, ialah:
وان خفتم عيلة
فسوف يغنيكم الله من فضله ان شاءان الله عليم حكيم
Artinya:
“Dan jika kamu takut apa-apa, maka kelak
Allah akan mengayakan kamu dari keutamaan-Nya, jika ia kehendaki bahwasanya
Allah sangat mengetahui dan sangat bijaksana”. (Q.S At-Taubah : 28).
Menurut An-Nakhrawy dalam kitab
Al-Waqaf mengemukakan pendapatnya bahwa Al-Qur’an itu diturunkan secara
bercerai-cerai, satu ayat, dua ayat, tiga ayat, empat ayat dan lebih banyak
dari itu. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Khalid Ibn Dinar, ujarnya: ‘Abdul
‘Aliyah berkata : pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat, karena Nabi
menerimanya dari Jibril lima ayat-lima ayat, yakni Jibril menyampaikannya
kepada Nabi sejumlah itu. Sesudah Nabi menghafalnya, barulah disampaikan yang
lain.
Menurut sebagian ulama, berpendapat
bahwa: Diantara ayat-ayat Al-Qur’an, ada yang diturunkan bercerai-cerai, ada
yang diturunkan berkumpul-kumpul. Bagian pertama itu lebih banyak. Contohnya
dalam surat-surat pendek. Iqra’bismi rabbika, pada permulaan hanya
diturunkan sampai kepada malam ya’lam. Wadl Dhuha pada
permulaannya diturunkan hanya sampai pada fatardha. Diantara contoh yang
diturunkan secara berkumpul, yakni sepenuh surat diturunkan sekaligus ialah
surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Kautsar, An-Nashr dan Al-Mu’auwidzatani.
(Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, 2000, 48-49)
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:
شهر رمضا ن الد ى انز ل فيه القر ان هدى لنا س وبينات من الهدى والفر
قان
Artinya:
“Bulan
Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat
manusia dan penjelasan-penjelasan bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dengan yang bathil.”
(Q.S. Al-Baqarah: 185)
Dan firman-Nya:
انا انز لنا ه
فى ليلة القدر
Artinya:
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam lailatul qadar.” (Q.S. Al-Qadr:
1)
Dan firman-Nya:
انا انزلناه فى
ليلة مباركة
Artinya:
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi.”
(Q.S. Ad-Dukhan: 3)
Ketiga ayat di
atas itu saling berhubungan satu sama lain. Karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul
qadar dalam bulan Ramadhan. Tetapi lahir (zahir) ayat-ayat itu bertentangan
dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah saw., dimana Al-Qur’an turun
kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab
pokok:
1.
Mazhab
pertama, yaitu pendapat
Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama.
Yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat di atas ialah
turunnya Al-Qur’an sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para
malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai
dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak ia diutus sampai
wafatnya. Ia tinggal di Mekah sesudah diutus selama tiga belas tahun dan
sesudah hijrah tinggal di Medinah selama sepuluh tahun. Ibn Abbas berkata:
“Rasulullah saw. diutus pada usia empat puluh tahun. Ia tinnggal di Mekah
selama tiga belas tahun dan selama itu wahyu turun kepadanya. Kemudian ia
diperintahkan berhijrah selama sepuluh tahun. Ia wafat dalam usia enam puluh
tiga tahun.
2.
Mazhab
kedua, yaitu yang
diriwayatkan oleh asy-Sya’abi bahwa yang dimaksud dengan permulaan turunnya
Al-Qur’an kepada Rasulullah saw. dimulai pada malam lailatul qadar di
bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya itu
berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan
peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. (Manna Khalil Al-Qattan,
2009: 144-148)
Menurut sumber
lain, proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. adalah melalui tiga
tahapan, yaitu:
1.
Al-Qur’an
turun secara sekaligus dari Allah swt ke lauh
al-mahfudz, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala
ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S.
Al-Buruj (85) ayat 21-22:
بل هو قر ان مجيد في لوح محفوظ
Artinya:
“Bahkan yang didustakan mereka ialah
Al-Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan) dalam lauh al-mahfudz.” (Q.S.
Al-Buruj:21-22)
Diisyaratkan pula oleh firman
Allah swt. surat Al-Waqi’ah (56) ayat 77-80:
انه لقر ان كريم
في كتب مكنونزلايمسه الاالمطهرون تنزيل من رب العلمين
Artinya:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan
yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara di (lauh mahfudz), tidak
menyentuhnya, kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta
alam.” (Q.S. Al-Waqi’ah: 77-80)
2.
Al-Qur’an diturunkan dari lauh al mahfudz itu ke bait
al-izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini
diisyaratkan Allah dalam surat Ad-Dukhan (44) ayat 3:
انا انزلنه في
ليلة مباركة انا كنا مند رين
Artinya:
“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S.
Ad-Dukhan: 3)
3.
Al-Qur’an
diturunkan dari bait al-izzah kedalam
hati Nabi Muhammad saw. Dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan.
Ada kalanya satu ayat, dua ayat, dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai
proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam Q.S. Asy-Syu’ara’ (26) ayat
193-195:
نزل
به الروح الامين على قلبك لتكون من المند
رين بلسان عربي مبين
Artinya:
“...Dia
dibawa turun oleh ar-ruh al-amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
arab yang jelas.” (Q.S. Asy Syu’ara’:193-195)
Dalam kenyataan
tersebut terkandung hikmah dan faedah yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-Furqan (25) ayat 32:
وقا ل الدين كفرز
الو لا نزل عليه القر ان جملة واحدة كدلك لنثبت به فؤاد ك ورتلنه ترتيل
Artinya:
“Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa
Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’; demikianlah
supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya secara tartil
(teratur dan benar).” (Q.S. Al-Furqan: 32)
B. Hikmah Turunnya Al-Qur’an secara Berangsur-Angsur
Dalam
masa antara tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari milad Rasul adalah permulaan
turunnya wahyu, sampai beberapa hari sebelum wafat beliau. Yang tidak lebih
dari 81 hari dan tidak kurang sepuluh hari dari wafat beliau dalah terakhir
turunnya wahyu, yaitu sekitar 21 tahun dan yang lebih shoheh 18 tahun dengan
tidak menghitung vacumnya (kosongnya) wahyu selama 3 tahun dimana
Al-Qur’an ini berangsur-angsur memberi syari’at kepada manusia dengan
mengiringi peristiwa-peristiwa, menjawab dan menjelaskan.
Hikmah
Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan mengalihkan dari beberapa aqidah
kepada satu aqidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama, dari
sangkaan dan dugaan kepada kebenaran serta dari tidak iman kepada keimanan.
Al-Qur’an
turun secara berangsur-angsur namun orang-orang musyrik menyangka bahwa dakwah
Rasulallah saw. kepada mereka adalah sekaligus, dan lembarannya hanya satu
lembar, namun sangkaan mereka itu tidak mengena, karena Da’wah yang dilakukan
dengan beberapa langkah, dan langkah-langkah itu baru menurut pengetahuan
manusia, tapi tidak baru menurut pengetahuan Allah. Alangkah butuhnya mereka
akan tambahan terhadap hal yang baru itu dan karena kekeliruan mereka, mereka
mengingkari turunnya Al-Qur’an yang berangsur-angsur dengan berkata:
لولانزل عليه القران جملة واحدة
Artinya:
“Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja.”
(Q.S. Al-Furqan: 33)
Maka
jawab Allah kepada mereka :
كدااك
لنثبت به فؤادك ورتلناه ترتيل
Artinya:
“Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami (menurunkannya dan) membacakannya kelompok demi kelompok.” (Q.S. Al-Furqan: 32)
Yakni
kami jadikan sebahagiannya itu mengiringi bagian yang lain, sebagian dari
padanya turun sebagai permulaan, sebagian lagi turun dalam mengiringi suatu peristiwa
atau pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, sehingga jiwa menjadi tenang dan
hati menjadi teguh.
Disamping hikmah yang telah diisyaratkan ayat di
atas, masih banyak hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya Al-Qur’an
secara bengasur-angsur, antara lain sebagai berikut:
1.
Memantapkan
hati nabi
Ketika menyampaikan dakwah, Nabi sering berhadapan
dengan para penentang. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan
dorongan tersendiri bagi Nabi untuk terus menyampaikan dakwah.
2.
Menentang
dan melemahkan para penentang Al-Qur’an
Nabi sering berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan
sulit yang dilotarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi.
Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu,
bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa denganAl-Qur’an. Dan
ketuka mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan
salah satu mukjizat Allah swt..
3.
Memudahkan
untuk dihapal dan dipahami
Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat
yang ummi, yakni tidak memiliki
pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur
memudahkan mereka untuk memahami dan
mengamalkannya. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur
merupakan bentuk pertolongan yang paling
baik bagi mereka untuk menghafalkannya didada mereka serta memahami
ayat-ayatnya.
4.
Mengikuti
setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan melakukan
penahapan dalam penetapan syari’at, seperti:
a. Pada
mulanya Al-Qur’an menaruh perhatian pada dasar-dasar keimanan pada Allah SWT,
Malaikatnya, Kitab-kitabnya, Para Rasulnya, serta keimanan terhadap hari akhir
yang berisikan tentang adanya kebangkitan, hisab serta surga dan neraka.
b. Kemudian,
dilanjutkan dengan perintah berakhlak yang baik dan mencegaah kekejian dan
kemungkaran agar benih-benih kerusakan
dan kejahatan terlepas, lalu diteruskan dengan keterangan mengenai kaidah halal
dan haram dalam hal makanan, minuman, harta benda, kehormatan, darah dan seterusnya.
c. Al-Qur’an
turun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yan terjadi seiring dengan perjuangan
kaum muslimin yang cukup panjang dalam rangka menegakan kalimatullah. Al-Qur’an
memberikan stimulasi untuk itu.
5.
Membuktikan
dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Mahabijaksana. Memberi
semangat pada jiwa kaum muslimin untuk menerima apa yang diturunkan Al-Qur’an
dan mengamalkannya. (Rosihon Anwar:
34-37)
C. Wahyu
dan Turunnya Al-Qur’an atas Tujuh Huruf
Wahyu ini (Al-Qur’an), Rosul diilhamkan
maknanya sebagaimana diilhamkan lafadznya. Dengan demikian, makna dan lafadznya
adalah ciptaan Allah.
Bahasa Rosul adalah bahasa arab, dan
Al-Qur’an berjalan atas bahasa arab. Dengan demikian Al-Qur’an adalah wahyu
yang bahasanya berjalan sesuai dengan bahasa Rasul yaitu bahasa arab. Dengan
setinggi-tingginya susunan bahasa arab serta mencakup dialek-dialek yang ada,
sedang bahasa Mudhar adalah paling tinggi dan paling mencakup terhadap bahasa
Quraisy, yang dengan bahasa Quraisy itu Al-Qur’an diturunkan. Dalam hal ini
Umar berkata: “Al-Qur’an itu turun dengan bahasa Mudhar”. Bahasa Mudhar ini
mencakup tujuh bahasa dari tujuh kabilah. Hudzail, Kinanah, Qais, Dhabah,
Tamim, Ar Rabab, Asad bin Khuzaimah dan Quraisy.
Al-Qur’an telah mencontohkan tujuh
bahasa ini, dan tiap-tiap bahasa itu mempunyai bagian. Itulah salah satu
pendapat dalam menafsirkan hadits :
نزل
القران على نسبعةاحروف
Artinya: “ Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf (qira’ah)”. (Ibrahim
Al-Abyadi, 1993: 64-67)
BAB III
KESIMPULAN
Sesuai dengan
pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu
Allah swt. yang diberikan kepada nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur
dengan mengandung hikmah sebagai berikut:
1.
Memantapkan
hati nabi.
2.
Menentang
dan melemahkan para penentang Al-Qur’an.
3.
Memudahkan
untuk dihapal dan dipahami
4.
Mengikuti
setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan melakukan
penahapan dalam penetapan syari’at
5.
Membuktikan
dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Mahabijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Al Abyadi, Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. Semarang: Dina
Utama Semarang.
_____. 1996. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Al-Qattan, Manna
Khalil. 2009. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa.
Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ash-Shiddieqy,
Teungku Muhammad Hasbi. 2000. Sejarah & Penganntar Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Fachrurozie, H.M.Doddy. 2000.
Riwayat Nabi Muhammad SAW & Tempat-tempat Suci Agama Islam.
0 komentar:
Posting Komentar