A. Pengertian Motivasi[1]
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi didalam diri
kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.
Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu
keputusan yang rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan
dari kedua proses tersebut. Akan tetapi, terlepas dari apa yang menjadi
sumbernya, perlu dicatat agak mengherankan bahwa sedikit sekali penelitian
diadakan mengenai penguatan motivasi belajar, padahal memperkuat motivasi
pelajar jelas termasuk tugas pengajar. Selama 50 tahun belakangan ini banyak
penelitian diadakan oleh ahli pendidikan dan ilmu jiwa mengenai aspek
pengenalan dalam pengajaran, tetapi hampir tidak ada penelitian tentang
penguatan motivasi. Kalaupun ada penelitian tentang penguatan motivasi, itu
biasanya diadakan terhadap anak kecil, dan tidak banyak relevansinya dengan
tugas guru yang selalu diharapkan kepada pengambilan keputusan mengenai
pengorganisasian suatu tugas kegiatan belajar.
B. Ciri – ciri Motivasi
Adalah keliru apabila motivasi dianggap
sebagai prasyarat mutlak untuk kegiatan belajar. Lebih baik motivasi itu
dianggap sebagai kemauan biasanya untuk memasuki suatu situasi belajar. Tidak
perlu kita menunda suatu kegiatan belajar sampai ada motivasi yang tepat untuk
belajar.
Sering terjadi strategi yang paling baik
adalah tanpa menghiraukan ada atau tidak adanya motivasi, akan tetapi
memusatkan pada penyampaian materi dengan cara yang begitu rupa sehingga
motivasi siswa dapat dikembangkan dan diperkuat selama proses belajar.
C. Hirarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow
Kalau seseorang sudah mempunyai
motivasi, maka ia ada dalam ketegangan dan ia siap untuk mengerjakan hal – hal
yang diperlukan sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya motivasi
menyangkut pemenuhan seperangkat kebutuhan, yang oleh Maslow diklasifikasikan
menurut kekuatan gaya pendorong atas lima kelompok, yaitu :
a. Kebutuhan
fisiologis
b. Kebutuhan
keamanan
c. Kebutuhan
berkerabat
d. Kebutuhan
penghargaan
e. Kebutuhan
berusaha
D. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Ø Motivasi
Intrinsik
Motivasi intrinsik ini mengacu kepada
faktor – faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada
diri siswa. Kebanyakkan teori pendidikan modern mengambil motivasi intrinsik
sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Ini
tidak mengherankan, karena keinginan untuk melacak merupakan faktor intrinsik
pada semua orang.
Ø Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik mengacu pada faktor
– faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau
orang lain. Motivasi ekstrinsik biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman atau
celaan.
Pada umumnya motivasi intrinsik
berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan tingkat lebih tinggi dari Maslow
yaitu kebutuhan penghargaan dan berusaha. Sedangkan motivasi ekstrinsik
berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan tingkat lebih rendah dari Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan kebutuhan berkerabat.
E. Metode Penguatan Motivasi Siswa
Guru selalu berusaha secara sistematis
untuk memperkuat motivasi siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi –
sanksi dan hubungan pribadi dengan muridnya. Karena itu, perbedaan antara
faktor kesehatan dan motivator akan jelas pada konteks kegiatan dalam kelas.
Mari kita lihat bagan perbedaan peranan antara kedua jenis faktor tersebut.
Rasa Puas
Tugas pelajaran diatur demikian
sehingga siswa menikmati :
Prestasi, Penghargaan,
Tanggungjawab, kemajuan, Perkembangan Pribadi
|
Rasa Tidak Puas
Lingkungan diatur demikian
sehingga siswa merasa tidak puas karena :
Cara pengawasan, kondisi kerja,
hubungan pribadi, kebijaksanaan dan administrasi sekolah, status dan
keamanan
|
Faktor kesehatan
“ Bagan teori motivasi kesehatan diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar “.
Jelas kiranya, murid senang belajar
diruangan kelas, tempat kerja dan laboratorium modern yang direncanakan dengan
baik. Sekolah, pusat latihan, akademi dan universitas harus mempunyai
organisasi dan administrasi yang baik, dan pengajaran harus di lakasanakan
tanpa ketegangan dan selunak mungkin. Hubungan baik antara anggota staf dengan
murid, harus diciptakan dan dipelihara dengan baik. Murid harus diperlakukan
sedemikian rupa sehingga terwujud rasa harga diri, status dan tahu diri.
Guru membawa peranan kepemimpinan yang
hakiki dalam hubungan produktivitas belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam
menciptakan kondisi yang serentak memenuhi kebutuhan siswa dan kebutuhan tugas.
Seorang pelajar jarang sekali menyadari mengapa dia merasa bebas dan dapat
mengerahkan kesanggupannya dengan bebas, tetapi ia memberi reaksi secara sadar
terhadap “ suasana yang diciptakan oleh gaya mengelola yang merupakan lambang
sikap mendukung “. Yang dapat mempromosikan reaksi semacam itu ialah guru –
guru mengadopsi strategi “ pengayaan tugas “. Teknik ini serupa dengan apa yang
dinamakan “ kontak kemungkinan “. Pengayaan tugas mengandung arti bahwa guru
dan instruktur mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk merancang tugas –
tugas belajar sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk
mendapat pengalaman dan suatu perasaan pencapaian pribadi, penghargaan,
tanggung jawab, otonomi, kemajuan dan pertumbuhan. sikap yang apatis dan usaha
yang minimal merupakan tanda – tanda yang umum dari tugas – tugas belajar yang
memberikan sedikit kepuasan.
Memperbaiki faktor kesehatan seperti
pengawasan ketat dan komunikasi yang lebih baik cenderung untuk meningkatkan
hasil belajar yang bersifat sementara. Berlainan dengan itu, pengayaan tugas dapat
mengakibatkan kepuasan motivasi dan hasil belajar yang lama.
0 komentar:
Posting Komentar