Pendidikan
sebagai suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia peserta didik menjadi sumber
daya ( SDM ) yang cocok untuk segala lingkungan dan perkembangan zaman, harus
dilandasi oleh nilai – nilai yang sesuai dengan hakikat manusia selaku makhluk
sosial budaya. Oleh karena itu, paling tidak pendidikan harus dilandasi oleh
nilai – nilai agama, filsafat dan moral.
1.
Landasan Agama
Berdasarkan keyakinan kita masing –
masing, agama merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa, yang diturunkan untuk
menjadi landasan hidup manusia sampai akhir zaman. Oleh karena itu, agama harus
menjadi landasan hidup kita manusia, termasuk menjadi landasan pendidikan.
Agama sebagai landasan pendidikan, bukan
hanya berlaku pada pendidikan formal di lembaga pendidikan ( TK, SD, SLTP,
SLTA, PT ) melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga ( informal
) dan di masyarakat ( non formal ).
Negara Republik Indonesia telah mengakui
lima agama, yaitu Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha sebagai
agama resmi. Seharusnya tiap penganut agama masing – masing, menjadikan agama
itu sebagai landasan hidup serta landasan pendidikan. Karena kita meyakini
bahwa agama apapun tidak ada yang mengajarkan kejahatan, penyelewengan,
keributan samapi dengan pembunuhan. Oleh karena itu, agama sebagai landasan
pendidikan, sesuai dengan hakikat dan fitrah manusia yang akan menghantarkannya
dalam kehidupan yang damai, aman, tentram, sejahtera, adil dan makmur.
2.
Landasan Filsafat
Pendidikan adalah suatu proses kegiatan
pemberdayaan manusia menjadi SDM yang berkualitas, harus dilandasi oleh sifat
dan sikap yang “arif serta bijaksana”. Filsafat sebagi suatu kajian yang
mandasar, tidak hanya mengungkapkan hal – hal terlihat kasat mata, melainkan
meninjau lebih mendalam, yang tidak jarang ada diluar jangkauan pikiran kita.
Dengan demikian, proses telaahan filsafat tentang kehidupan dengan lingkungan
sekitarnya, tidak cukup hanya dengan kecerdasan intelektual dan emosional,
melainkan juga harus mengembangkan kecerdasan spiritual.
Ruang lingkup dan jangkauan peranan
filsafat itu sangat luas, menyangkut hasil penelitian berbagai ilmu, berkenaan
dengan berbagai masalah ilmu – ilmu tertentu, terutama
menyangkut bagian – bagian yang sulitnya, bahkan untuk ilmu – ilmu tertentu yang
belum cukup matang, memanfaatkan filsafat sebagai pendekatannya. Dengan
demikian, untuk menguasai dan mendalami filsafat sebagai suatu bidang telaahan,
kita harus mengembangkan kemampuan yang interdisipliner, multidisipliner,
bahkan lintas disipliner.
3.
Landasan Budaya
Manusia sebagi makhluk hidup, telah
difitrahkan menjadi makhluk budaya. Budaya yang melekat pada diri manusia
sebagi hasil karsa, rasa, cita, citra dan karya menjadi karakter manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, dalam bentuk “ kebudayaan “. Perubahan yang bertahap
yang dialami oleh tiap makhluk, termasuk oleh manusia, membawa perubahan
tatanan budaya, juga dalam mekanisme “ evolusi budaya”.
Budaya dan kebudayaan yang menjadi ciri
karakter manusia, melekat pada diri manusia mekanismenya berkembang mulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat lokal, masyarakat pendidikan formal, masyarakat
regional, nasional sampai lingkungan masyarakat dunia dan global. IPTEK sebagai hasil budaya dan unsur
kebudayaan, kemajuan serta penerapannya, telah membawa perubahan dan kemajuan
kehidupan seperti kita alami dewasa ini. Nilai – nilai material dan ekonomi,
telah berpengaruh positif terhadap “ kesejahteraan “, namun karena nilai –
nilai moralnya terlupakan atau tersisihkan, telah membawa dampak negatif terhadap
perilaku, perbuatan serta tindakan sebagian umat manusia, “nilai moral terdesak
oleh nilai material”.
4.
Landasan Moral
Agama, filsafat dan budaya sebagai
sumber nilai bagi individu dan masyarakat, penampilannya muncul dari perilaku,
perbuatan serta tindakan manusia dalam bentuk reaksi emosional, intelektual,
spiritual, sosial dan keterampilan terhadap lingkungannya. Tinggi rendahnya
kualitas reaksi manusia terhadap lingkungan tersebut, sangat dipengaruhi oleh
kadar dan bobot etika serta moral yang melekat pada diri manusia yang
bersangkutan.
Penanaman, pemeliharaan dan pembinaan
moral pada diri seseorang, tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat serta
terputus – putus, melainkan harus sejak usia dini sampai dewasa dengan cara
berlanjut serta berkesinambungan. Pembinaan perilaku, sifat dan sikap yang
diharapkan melekat pada kepribadian, tidak dapat berhasil dalam waktu yang
singkat, karena proses mental psikologi itu bertahap, berkesinambungan, memakan
waktu yang lama.
0 komentar:
Posting Komentar