Jumat, 03 Mei 2013

Landasan – landasan Pendidikan



Pendidikan sebagai suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia peserta didik menjadi sumber daya ( SDM ) yang cocok untuk segala lingkungan dan perkembangan zaman, harus dilandasi oleh nilai – nilai yang sesuai dengan hakikat manusia selaku makhluk sosial budaya. Oleh karena itu, paling tidak pendidikan harus dilandasi oleh nilai – nilai agama, filsafat dan moral.
1.        Landasan Agama
Berdasarkan keyakinan kita masing – masing, agama merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa, yang diturunkan untuk menjadi landasan hidup manusia sampai akhir zaman. Oleh karena itu, agama harus menjadi landasan hidup kita manusia, termasuk menjadi landasan pendidikan.
Agama sebagai landasan pendidikan, bukan hanya berlaku pada pendidikan formal di lembaga pendidikan ( TK, SD, SLTP, SLTA, PT ) melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga ( informal ) dan di masyarakat ( non formal ).
Negara Republik Indonesia telah mengakui lima agama, yaitu Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha sebagai agama resmi. Seharusnya tiap penganut agama masing – masing, menjadikan agama itu sebagai landasan hidup serta landasan pendidikan. Karena kita meyakini bahwa agama apapun tidak ada yang mengajarkan kejahatan, penyelewengan, keributan samapi dengan pembunuhan. Oleh karena itu, agama sebagai landasan pendidikan, sesuai dengan hakikat dan fitrah manusia yang akan menghantarkannya dalam kehidupan yang damai, aman, tentram, sejahtera, adil dan makmur.
2.        Landasan Filsafat
Pendidikan adalah suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia menjadi SDM yang berkualitas, harus dilandasi oleh sifat dan sikap yang “arif serta bijaksana”. Filsafat sebagi suatu kajian yang mandasar, tidak hanya mengungkapkan hal – hal terlihat kasat mata, melainkan meninjau lebih mendalam, yang tidak jarang ada diluar jangkauan pikiran kita. Dengan demikian, proses telaahan filsafat tentang kehidupan dengan lingkungan sekitarnya, tidak cukup hanya dengan kecerdasan intelektual dan emosional, melainkan juga harus mengembangkan kecerdasan spiritual.
Ruang lingkup dan jangkauan peranan filsafat itu sangat luas, menyangkut hasil penelitian berbagai ilmu, berkenaan dengan berbagai masalah ilmu – ilmu tertentu, terutama menyangkut bagian – bagian yang sulitnya, bahkan untuk ilmu – ilmu tertentu yang belum cukup matang, memanfaatkan filsafat sebagai pendekatannya. Dengan demikian, untuk menguasai dan mendalami filsafat sebagai suatu bidang telaahan, kita harus mengembangkan kemampuan yang interdisipliner, multidisipliner, bahkan lintas disipliner.
3.        Landasan Budaya
Manusia sebagi makhluk hidup, telah difitrahkan menjadi makhluk budaya. Budaya yang melekat pada diri manusia sebagi hasil karsa, rasa, cita, citra dan karya menjadi karakter manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dalam bentuk “ kebudayaan “. Perubahan yang bertahap yang dialami oleh tiap makhluk, termasuk oleh manusia, membawa perubahan tatanan budaya, juga dalam mekanisme “ evolusi budaya”.
Budaya dan kebudayaan yang menjadi ciri karakter manusia, melekat pada diri manusia mekanismenya berkembang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat lokal, masyarakat pendidikan formal, masyarakat regional, nasional sampai lingkungan masyarakat dunia dan global.  IPTEK sebagai hasil budaya dan unsur kebudayaan, kemajuan serta penerapannya, telah membawa perubahan dan kemajuan kehidupan seperti kita alami dewasa ini. Nilai – nilai material dan ekonomi, telah berpengaruh positif terhadap “ kesejahteraan “, namun karena nilai – nilai moralnya terlupakan atau tersisihkan, telah membawa dampak negatif terhadap perilaku, perbuatan serta tindakan sebagian umat manusia, “nilai moral terdesak oleh nilai material”.
4.        Landasan Moral
Agama, filsafat dan budaya sebagai sumber nilai bagi individu dan masyarakat, penampilannya muncul dari perilaku, perbuatan serta tindakan manusia dalam bentuk reaksi emosional, intelektual, spiritual, sosial dan keterampilan terhadap lingkungannya. Tinggi rendahnya kualitas reaksi manusia terhadap lingkungan tersebut, sangat dipengaruhi oleh kadar dan bobot etika serta moral yang melekat pada diri manusia yang bersangkutan.
Penanaman, pemeliharaan dan pembinaan moral pada diri seseorang, tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat serta terputus – putus, melainkan harus sejak usia dini sampai dewasa dengan cara berlanjut serta berkesinambungan. Pembinaan perilaku, sifat dan sikap yang diharapkan melekat pada kepribadian, tidak dapat berhasil dalam waktu yang singkat, karena proses mental psikologi itu bertahap, berkesinambungan, memakan waktu yang lama.


0 komentar:

Posting Komentar