Jumat, 03 Mei 2013

Studi Al Qur'an



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Nabi Muhammad SAW pada waktu menerima pengangkatan sebagai Rasul berumur 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun Qamariyah, atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun Syamsyah yang ditandai dengan turunnya 5 ayat berisi perintah untuk membaca dan memahami asal kejadian manusia. Keluarnya Al-Qur’an pertama kali ketika beliau sedang ber-tahannuts (bersunyi diri untuk bertafakur) di Gua Hira pada 17 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus tahun 610 Masehi, yang artinya, “Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu yang maha pemurah, yang mengajari (manusia) dengan perantara kalam. Beliau mengajari manusia apa yang belum diketahuinya”. (Surat Al-Alaq:1-5).

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
2.    Apa saja hikmah yang terkadung dari turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
3.    Apa itu wahyu dan Al-Qur’an atas tujuh hurup?

C.  Tujuan Penulisan
 Dengan demikian, tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui proses turunnya Al-Qur’an.
2.      Untuk mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur.
3.      Untuk mengetahui wahyu dan turunnya Al-Qur’an atas tujuh hurup.

BAB II
HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN

A.  Proses Turunnya Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an adalah sekumpulan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan merupakan Mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad saw. dengan membacanya termasuk ibadah.
Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran nabi atau 10 H. Al-Qur’an tersusun dalam 30 juz, terdiri dari 114 surat dan mempunyai ayat sebanyak kurang lebih 6.236 ayat. (Doddy Fachrurozie, 2000: 383-384)
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril, tidak secara sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Terdapat beberapa cara Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, ada dengan cara Malaikat Jibril memasukan wahyu ke dalam hati beliau tanpa kelihatan sesuatu, terkadang terlihat Malaikat menampakan diri seperti seorang laki-laki dan kemudian menyampaikan kata-kata itu kepada Nabi Muhammad saw. dan terus menghafalnya, juga terdengar seperti gemerencing lonceng, dan adakalanya Malaikat menampakan diri dalam rupanya yang asli. Bahkan sering wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau untuk membenarkan tindakan nabi Muhammad saw. Disamping itu, banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.
Al-Qur’an itu diturunkan sedikit demi sedikit, berangsur-angsur, bukan sekaligus semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang lengkap, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan menurut keperluan: lima ayat, sepuluh ayat, kadang-kadang lebih dan kadang-kadang diturunkan hanya setengah ayat. Ayat-ayat yang sepuluh ayat sekali turunnya, ialah:
وان خفتم عيلة فسوف يغنيكم الله من فضله ان شاءان الله عليم حكيم
Artinya:
Dan jika kamu takut apa-apa, maka kelak Allah akan mengayakan kamu dari keutamaan-Nya, jika ia kehendaki bahwasanya Allah sangat mengetahui dan sangat bijaksana”. (Q.S At-Taubah : 28).
Menurut An-Nakhrawy dalam kitab Al-Waqaf mengemukakan pendapatnya bahwa Al-Qur’an itu diturunkan secara bercerai-cerai, satu ayat, dua ayat, tiga ayat, empat ayat dan lebih banyak dari itu. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Khalid Ibn Dinar, ujarnya: ‘Abdul ‘Aliyah berkata : pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat, karena Nabi menerimanya dari Jibril lima ayat-lima ayat, yakni Jibril menyampaikannya kepada Nabi sejumlah itu. Sesudah Nabi menghafalnya, barulah disampaikan yang lain.
Menurut sebagian ulama, berpendapat bahwa: Diantara ayat-ayat Al-Qur’an, ada yang diturunkan bercerai-cerai, ada yang diturunkan berkumpul-kumpul. Bagian pertama itu lebih banyak. Contohnya dalam surat-surat pendek. Iqra’bismi rabbika, pada permulaan hanya diturunkan sampai kepada malam ya’lam. Wadl Dhuha pada permulaannya diturunkan hanya sampai pada fatardha. Diantara contoh yang diturunkan secara berkumpul, yakni sepenuh surat diturunkan sekaligus ialah surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Kautsar, An-Nashr dan Al-Mu’auwidzatani. (Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, 2000, 48-49)
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:
 شهر رمضا ن الد ى انز ل فيه القر ان هدى لنا س وبينات من الهدى والفر قان
Artinya:
Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dengan yang bathil.” (Q.S. Al-Baqarah: 185)
Dan firman-Nya:
انا انز لنا ه فى ليلة القدر
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam lailatul qadar.” (Q.S. Al-Qadr: 1)
Dan firman-Nya:
انا انزلناه فى ليلة مباركة
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi.” (Q.S. Ad-Dukhan: 3)
Ketiga ayat di atas itu saling berhubungan satu sama lain. Karena malam  yang diberkahi adalah malam lailatul qadar dalam bulan Ramadhan. Tetapi lahir (zahir) ayat-ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah saw., dimana Al-Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab pokok:
1.      Mazhab pertama, yaitu pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama. Yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat di atas ialah turunnya Al-Qur’an sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak ia diutus sampai wafatnya. Ia tinggal di Mekah sesudah diutus selama tiga belas tahun dan sesudah hijrah tinggal di Medinah selama sepuluh tahun. Ibn Abbas berkata: “Rasulullah saw. diutus pada usia empat puluh tahun. Ia tinnggal di Mekah selama tiga belas tahun dan selama itu wahyu turun kepadanya. Kemudian ia diperintahkan berhijrah selama sepuluh tahun. Ia wafat dalam usia enam puluh tiga tahun.
2.      Mazhab kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh asy-Sya’abi bahwa yang dimaksud dengan permulaan turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah saw. dimulai pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. (Manna Khalil Al-Qattan, 2009: 144-148)
Menurut sumber lain, proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. adalah melalui tiga tahapan, yaitu:
1.    Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah swt ke lauh al-mahfudz, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S. Al-Buruj (85) ayat 21-22:
بل هو قر ان مجيد في لوح محفوظ
Artinya:
Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan) dalam lauh al-mahfudz.” (Q.S. Al-Buruj:21-22)
Diisyaratkan pula oleh firman Allah swt. surat Al-Waqi’ah (56) ayat 77-80:
انه لقر ان كريم في كتب مكنونزلايمسه الاالمطهرون تنزيل من رب العلمين
Artinya:
Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara di (lauh mahfudz), tidak menyentuhnya, kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-Waqi’ah: 77-80)
2.     Al-Qur’an diturunkan dari lauh al mahfudz itu ke bait al-izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam surat Ad-Dukhan (44) ayat 3:
انا انزلنه في ليلة مباركة انا كنا مند رين
Artinya:
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad-Dukhan: 3)
3.    Al-Qur’an diturunkan dari bait al-izzah kedalam hati Nabi Muhammad saw. Dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua ayat, dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam Q.S. Asy-Syu’ara’ (26) ayat 193-195:
نزل به الروح الامين  على قلبك لتكون من المند رين  بلسان عربي مبين
Artinya:
...Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas.” (Q.S. Asy Syu’ara’:193-195)
Dalam kenyataan tersebut terkandung hikmah dan faedah yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan (25) ayat 32:
وقا ل الدين كفرز الو لا نزل عليه القر ان جملة واحدة كدلك لنثبت به فؤاد ك ورتلنه ترتيل
Artinya:
Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (Q.S. Al-Furqan: 32)


B.  Hikmah Turunnya Al-Qur’an secara Berangsur-Angsur
Dalam masa antara tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari milad Rasul adalah permulaan turunnya wahyu, sampai beberapa hari sebelum wafat beliau. Yang tidak lebih dari 81 hari dan tidak kurang sepuluh hari dari wafat beliau dalah terakhir turunnya wahyu, yaitu sekitar 21 tahun dan yang lebih shoheh 18 tahun dengan tidak menghitung vacumnya (kosongnya) wahyu selama 3 tahun dimana Al-Qur’an ini berangsur-angsur memberi syari’at kepada manusia dengan mengiringi peristiwa-peristiwa, menjawab dan menjelaskan.
Hikmah Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan mengalihkan dari beberapa aqidah kepada satu aqidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama, dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran serta dari tidak iman kepada keimanan.
Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur namun orang-orang musyrik menyangka bahwa dakwah Rasulallah saw. kepada mereka adalah sekaligus, dan lembarannya hanya satu lembar, namun sangkaan mereka itu tidak mengena, karena Da’wah yang dilakukan dengan beberapa langkah, dan langkah-langkah itu baru menurut pengetahuan manusia, tapi tidak baru menurut pengetahuan Allah. Alangkah butuhnya mereka akan tambahan terhadap hal yang baru itu dan karena kekeliruan mereka, mereka mengingkari turunnya Al-Qur’an yang berangsur-angsur dengan berkata:
لولانزل عليه القران جملة واحدة
Artinya:
Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja.” (Q.S. Al-Furqan: 33)


Maka jawab Allah kepada mereka :
كدااك لنثبت به فؤادك ورتلناه ترتيل
Artinya:
Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami (menurunkannya dan) membacakannya kelompok demi kelompok.” (Q.S. Al-Furqan: 32)
Yakni kami jadikan sebahagiannya itu mengiringi bagian yang lain, sebagian dari padanya turun sebagai permulaan, sebagian lagi turun dalam mengiringi suatu peristiwa atau pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, sehingga jiwa menjadi tenang dan hati menjadi teguh.
Disamping hikmah yang telah diisyaratkan ayat di atas, masih banyak hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya Al-Qur’an secara bengasur-angsur, antara lain sebagai berikut:
1.    Memantapkan hati nabi
Ketika menyampaikan dakwah, Nabi sering berhadapan dengan para penentang. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan dorongan tersendiri bagi Nabi untuk terus menyampaikan dakwah.
2.    Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an
Nabi sering berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilotarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa denganAl-Qur’an. Dan ketuka mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan salah satu mukjizat Allah swt..
3.    Memudahkan untuk dihapal dan dipahami
Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang ummi, yakni tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk  memahami dan mengamalkannya. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur merupakan bentuk pertolongan  yang paling baik bagi mereka untuk menghafalkannya didada mereka serta memahami ayat-ayatnya.
4.    Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at, seperti:
a.    Pada mulanya Al-Qur’an menaruh perhatian pada dasar-dasar keimanan pada Allah SWT, Malaikatnya, Kitab-kitabnya, Para Rasulnya, serta keimanan terhadap hari akhir yang berisikan tentang adanya kebangkitan, hisab serta surga dan neraka.
b.    Kemudian, dilanjutkan dengan perintah berakhlak yang baik dan mencegaah kekejian dan kemungkaran  agar benih-benih kerusakan dan kejahatan terlepas, lalu diteruskan dengan keterangan mengenai kaidah halal dan haram dalam hal makanan, minuman, harta benda, kehormatan, darah dan seterusnya.
c.    Al-Qur’an turun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yan terjadi seiring dengan perjuangan kaum muslimin yang cukup panjang dalam rangka menegakan kalimatullah. Al-Qur’an memberikan stimulasi untuk itu.
5.    Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Mahabijaksana. Memberi semangat pada jiwa kaum muslimin untuk menerima apa yang diturunkan Al-Qur’an dan mengamalkannya. (Rosihon Anwar: 34-37)

C.      Wahyu dan Turunnya Al-Qur’an atas Tujuh Huruf
Wahyu ini (Al-Qur’an), Rosul diilhamkan maknanya sebagaimana diilhamkan lafadznya. Dengan demikian, makna dan lafadznya adalah ciptaan Allah.
Bahasa Rosul adalah bahasa arab, dan Al-Qur’an berjalan atas bahasa arab. Dengan demikian Al-Qur’an adalah wahyu yang bahasanya berjalan sesuai dengan bahasa Rasul yaitu bahasa arab. Dengan setinggi-tingginya susunan bahasa arab serta mencakup dialek-dialek yang ada, sedang bahasa Mudhar adalah paling tinggi dan paling mencakup terhadap bahasa Quraisy, yang dengan bahasa Quraisy itu Al-Qur’an diturunkan. Dalam hal ini Umar berkata: “Al-Qur’an itu turun dengan bahasa Mudhar”. Bahasa Mudhar ini mencakup tujuh bahasa dari tujuh kabilah. Hudzail, Kinanah, Qais, Dhabah, Tamim, Ar Rabab, Asad bin Khuzaimah dan Quraisy.
Al-Qur’an telah mencontohkan tujuh bahasa ini, dan tiap-tiap bahasa itu mempunyai bagian. Itulah salah satu pendapat dalam menafsirkan hadits :
         نزل القران على نسبعةاحروف
Artinya: “ Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf (qira’ah)”. (Ibrahim Al-Abyadi, 1993: 64-67)




BAB III
KESIMPULAN
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah swt. yang diberikan kepada nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur dengan mengandung hikmah sebagai berikut:
1.    Memantapkan hati nabi.
2.    Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an.
3.    Memudahkan untuk dihapal dan dipahami
4.    Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at
5.    Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Mahabijaksana.
                                 


DAFTAR PUSTAKA

Al Abyadi, Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. Semarang: Dina Utama Semarang.
_____. 1996. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Al-Qattan, Manna Khalil. 2009. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2000. Sejarah & Penganntar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Fachrurozie, H.M.Doddy. 2000. Riwayat Nabi Muhammad SAW & Tempat-tempat Suci Agama Islam.


0 komentar:

Posting Komentar